Kehidupan manusia tidak akan pernah
bisa dilepaskan dari sejarah, sebab manusia
adalah pelaku sebuah sejarah di muka bumi. Kehidupan manusia dan masyarakat
bergerak dan terus berkembang. “Panta Rhei” kata Heraclitus, yang artinya, tidak ada yang tidak berubah, semua
mengalir, masyarakat sewaktu-waktu bergerak dan berubah. Selain Heraclitus,
Wertheim pernah menuliskan “History is a Continuity and Change” artinya, sejarah adalah peristiwa yang berkesinambungan dan berubah. Asumsi beberapa pakar di atas memberikan
sebuah hipotesa kuat bahwa sejarah merupakan ilmu yang dinamis
(berkembang).
Pengamat pendidikan,
Indonesia, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro menyampaikan, penulisan sejarah
masih terpusat pada peristiwa besar dan orang-orang terpandang, seperti
kerajaan dan orang besar bahkan menurut hemat
penulis pada awalnya yang tertuang dalam Sejarah Nasional Indonesia adalah sejarah bangsa asing yang berkuasa di Nusantara yang kelak menjadi
Indonesia. Alur penulisannya cenderung menempatkan bangsa pribumi sebagai orang
kedua dan tidak sebagai pelaku utama.
Munculnya
pendekatan post-kolonial
sejak tahun 1950-an berbagai tipe sejarah lokal mulai berkembang.
Sebuah permasalahan bermunculan dalam perjalanan sejarah lokal di Indonesia
mulai dari definisi, aspek geografis, teori hingga korelasinya terhadap sejarah nasional. Sejarawan yang mempelopori
sejarah lokal di Indonesia Taufik Abdullah mengemukakan bahwa pengertian sejarah lokal tidak selalu bersifat tunggal. Sejarah
lokal memiliki pengertian dan dimensi yang beragam (Abdullah,1985:15). Abdullah menambahkan yang dimaksud sejarah lokal adalah ”sejarah dari suatu
”tempat”, suatu ”locality”, yang batasannya ditentukan oleh ”perjanjian”
yang diajukan penulis sejarah”. Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan apa
yang dikemukakan oleh Carol Kammens (2003:ix) yang menyatakan bahwa ”local
history is the study of the past events, or people or groups, in a given
geographic area. The focus of the local history can be the place itself, the
people who lived there or events that took place in a particular location". Artinya sejarah lokal adalah studi tentang peristiwa
masa lalu, atau orang atau kelompok, dalam wilayah
geografis tertentu. Fokus sejarah lokal dapat menjadi tempat itu sendiri,
orang-orang yang tinggal di sana atau peristiwa yang terjadi di lokasi
tertentu.
Di samping itu,
sejarah
lokal yang sering diwarnai oleh mitos (clouded in myth) sering mendorong
sejarawan larut dalam anggapan. Maksudnya, peneliti larut dengan anggapan
masyarakat lokal dimana peristiwa tersebut dipersepsikan selama ini. Nilai dan
praanggapan kultural masyarakat setempat lebih dijadikan referensi dibanding
referensi teoretis dan metodologis yang tersedia. Untuk itu pemahaman tentang
metodologi dan teori yang relevan dengan topik yang diteliti menjadi sangat
diperlukan dalam penelitian sejarah lokal (Abdullah, 1987:3).
Dalam menulis
sejarah lokal kita harus menyelami ruh dari sejarah lokal itu sendiri, sebab
sejarah lokal bukanlah sejarah kawasan (regional) maupun sejarah sosial
melainkan sebuah kajian yang di dalamnya memiliki dua unsur utama yaitu
lokalitas dan komunitas yang menghuninya. Jika lokalitas bisa didefinisikan
dalam batas geografis, maka komunitas lebih menunjukkan definisi yang lebih
beragam seperti keluarga, etnis atau lingkungan yang memiliki interaksi
terbatas. Oleh karenanya, sejarah lokal
lebih menekankan pada lokalitas geografi (Philips,1995:2). Namun penulis menambahkan bahwa selayaknya sejarah lokal
sebagai ilmu pembelajaran, seharusnya sejarah lokal tidak merusak tatanan “rumah
kebesaran” sejarah nasional.
Kita harus
akui jika sejarah lokal berpotensi menimbulkan
pertentangan dengan sejarah nasional, sebab manurut Irsyam setidaknya
tiga komponen yang membedakan maupun sebagai identitas sejarah lokal terhadap
sejarah nasional. Ketiga komponen tersebut adalah tradisi
lokal, identitas lokal dan sumber lokal (Irsyam, 2017:19). Namun semua pertentangan itu tergantung kepada penulis atau
sejarawan yang menulis sejarah lokal tersebut. Tentunya sebagai seorang
sejarawan ada beban moral yang harus dipikul demi terciptanya sejarah lokal
yang berkualitas dan dipercaya.
Berdasarkan paparan di
atas, bisa kita pahami betapa pentingnya sejarah lokal. Peristiwa yang selama
ini hanya dianggap sebuah masa, sejatinya bukan sekedar masa lalu
saja. Karena sejarah lokal akan memberi pemahaman bagi masyarakat mengenai asal
usul serta akar sejarah di sebuah lokalitas dan masa tertentu. Sehingga masyarakat lokal dapat lebih memahami sejarah di sekitarnya dan
dalam lingkup global dapat memperkaya
sejarah nasional.
Keterangan : Peninggalan era Kolonial Belanda dan Prasejarah di Jember yang menjadi aset sejarah lokal.
Oleh: Aprilia Nur Hasanah, S.Pd
(Anggota Bhattara Saptaprabhu dan guru Sejarah SMA Al-Hasan, Kemiri Panti - Jember)
0 komentar:
Posting Komentar