( Berdasarkan Penuturan Juru Kunci Situs
Beteng Ngabdul Gani )
Pada tahun 1918 seorang pemuda bernama Mat Salam asal Desa
Pagerwojo Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar merantau ke Jember tepatnya di
Desa Semboro Kulon. Di samping Ia mondok, juga diserahi menggarap sawah dan
menggembala kerbau milik majikannya yang bernama Markonah.
Pada suatu hari majikannya punya hajat untuk menikahkan anaknya, karena
kekurangan kayu bakar pesuruhnya tersebut disuruh mencari kayu bakar di hutan
sebelah timur. Untuk mencari kayu bakar yang kering Mat Salam agak masuk ke dalam hutan, Kemudian Ia menemukan hamparan
tanah lapang yang luas sekitar 5 hektar. Di situ terdapat gundukan tanah dan
puing-puing bangunan dari batu bata yang tingginya sekitar 2,5 meter dengan
tebal 80 centimeter. Bangunan tersebut berbentuk sekat-sekat dan kamar-kamar.
Di sekeliling bangunan ditumbuhi berbagai macam
tanaman buah-buahan seperti pepaya jingga, jeruk bali, dan tumbuhan lain yang
buahnya sudah masak dan ranum. Karena buah-buah tersebut sangat menarik hatinya
serta rasa lelah dan lapar yang amat sangat Ia memetik dan makan dengan
sepuas-puasnya serta mengambil lagi untuk dibawa pulang. Kemudian Ia meneruskan
mencari kayu bakar dan setelah dirasa banyak lalu bergegas pulang. Namun
setelah berjalan, Ia belum juga sampai di rumah seperti tidak pernah menemukan
jalan pulang dan berlangsung selama tiga hari tiga malam. Ia tetap berkeliling
tanpa disadari di sekitar bekas bangunan mirip benteng (beteng) tersebut.
Karena merasa kelelahan yang luar biasa akibat berjalan, pemuda tersebut
beristirahat dengan menaruh buah yang dibawanya dan tanpa disadari kemudian
teringat akan jalan yang ia lewati ketika masuk hutan pertama kali. Akhirnya Ia
pulang ke rumah tanpa membawa buah tersebut dan sampai dengan selamat tanpa
tersesat lagi. Sementara keluarga di rumah sangat khawatir karena sudah
beberapa hari Mat Salam belum pulang. Mereka sudah mencari dengan
mengerahkan penduduk menuju hutan tapi tidak menemukannya. Itulah kisah
perjalanan Mat Salam ketika menemukan bangunan berbentuk benteng yang
kemudian dikenal dengan nama Situs Beteng di Desa Sidomekar Semboro.
Pada tahun 1939 ditemukan sumur kuno oleh Harjo
Suwondo. Sejak itulah kemudian para pemuka adat dan tokoh masyarakat
bermusyawarah yang memutuskan bahwa setiap tanggal 1 Syuro (Jawa) diadakan
upacara ritual seperti kenduri (barikan,
ambengan) dan diramaikan dengan pertunjukan wayang kulit.
Tahun 1957 Juru Kunci Situs Beteng, tokoh
masyarakat dan perangkat desa mengadakan rembug desa untuk memugar bangunan
yang kemudian disetujui oleh Kepala Desa Semboro dan Wedana Tanggul. Pada waktu
itu Situs Beteng dipugar sesuai dengan bangunan aslinya (berbentuk benteng)
dengan membangun gapura (candi bentar) dan motif kepala raksasa Kumbakarna
yang selesai pada tanggal 21 Agustus 1958, kemudian diresmikan oleh pejabat
Bupati Jember R.Oetomo pada tahun
1959.
Saat itu Situs Beteng menjadi obyek wisata yang cukup ramai dikunjungi dan
terkenal di seantero Kabupaten Jember dan luar daerah.
Pengunjung yang datang cukup membludak apalagi pada hari-hari tertentu
seperti Jum'at Kliwon, Jum'at Legi dan pada hari Minggu. Tamu yang datang tidak
hanya dari Jember, tapi ada yang datang dari Surabaya, Semarang dan Solo
dengan tujuan utama nyekar (tabur bunga) pada kuburan Mbah Ngalwi Panji Seputro sebagai leluhur, untuk minta berkah
selamat dan murah rejeki.
Pada hari Minggu kebanyakan pengunjung adalah para pelajar SD, SLTP dan SLTA
utaemanya dari wilayah Jember dan sekitarnya.
Ada sebuah
kejadian aneh yaitu pada tahun 1962 di mana Pak Saji seorang ulu-ulu
di Penggungan Desa Klatakan Kecamatan Tanggul yang datang ke Beteng untuk mengadakan tirakatan
semalam suntuk. Ia kemudian berhasil mendapatkan benda secara gaib berupa
mainan anak-anak berbentuk buah-buahan dan binatang kecil seperti jambe
(pinang), jeruk bali, jeruk keprok, pisang dan pepaya, belimbing, ayam jantan
dan betina, belalang dan jangkrik yang semuanya terbuat dari batu item (hitam)
mengkilat. Anehnya satu tahun kemudian orang tersebut menjadi gila meskipun
telah di-ruwat secara besar-besaran
dengan hiburan pertunjukan wayang kulit di lokasi Situs Beteng tempat penemuan.
Akhirnya istri dan saudaranya mengembalikan mainan ke tempat asalnya (di
dalam Beteng) dan terjadilah keanehan lagi setelah kantong yang berisi mainan
tadi ditumpahkan ke tanah, sekitar 5 menit kemudian mainan tersebut berputar
dengan cepat hingga mengeluarkan bias sinar kekuningan yang menyilaukan mata.
Setelah itu lenyap tanpa bekas, dan Pak
Saji sembuh seperti sedia kala.
Sejak dipugarnya
Situs Beteng pada tahun 1957 tempat tersebut seperti ada wibawa serta aura mistis sehingga sering terjadi
keajaiban-keajaiban serta keanehan. Misalnya seorang yang bernama Suwali menusuk-nusuk patung Kumbakarna
dengan pikulan bambu. Akibatnya dia terpelanting dan berbicara meracau serta
melantur kemudian sampai di rumah meninggal dunia.
Juru kunci Situs Beteng pada tahun 1963 mendapat firasat agar lokasi
dibersihkan dan dicat karena akan ada rapat akbar di lokasi Beteng yang akan
diadakan pada Senin Wage malam Selasa Kliwon.
Suatu ketika sesudah adzan Magrib terjadi lagi
peristiwa aneh yaitu dari jauh terdengar suara derap kaki kuda yang sangat
ramai ibarat sepasukan besar dari arah barat serta bunyi suara orang
bercakap-cakap menggunakan bahasa Jawa (kromo). Saat itu kalau dilihat dari
kejauhan di lokasi Beteng kelihatan terang benderang seperti ada barisan lampu
dan suara-suara gaib yang terdengar dengan jelas. Namun ketika dilihat dari
dekat tidak ada kejadian apapun. Namun pada pagi harinya di lokasi Situs Beteng
banyak ditemukan puntung rokok jenis cerutu yang berserakan di sekitar
bangunan, kalau dikumpulkan dapat satu baskom (tompo).
Pada waktu pasca terjadinya peristiwa Gerakan 30
September PKI yaitu pada tahun 1968 mahasiswa yang tergabung dalam KAMI/KAPPI
menunggangi gerakan massa untuk mengadakan pengrusakan dan aksi vandalisme pada bangunan beteng.
Tembok-tembok benteng dijebol dan dirobohkan, pohon beringin besar ditebang dan
ditumbangkan. Patung Dewa Syiwa
diambil dan dibuang ke Sungai Menampu. Peristiwa itu berbuntut panjang, pada
kejadian berikutnya para pelaku yang terlibat pengrusakan mengalami
gangguan jiwa,
Setelah peristiwa itu Situs Beteng dijaga oleh Batalyon 515 Tanggul yang
saat itu bermarkas di Loji Semboro di sebelah selatan pabrik gula sampai
situasi kondusif kembali. Sejak peristiwa pengrusakan itu kegiatan rutin
peringatan 1 Syuro terhenti selama 3 periode, yaitu mulai tahaun 1968 sampai
dengan tahun 1970.
Kemudian pada tahun 1971 Mat Salam
mendapat wangsit bahwa sudah ditanami kembali pohon beringin tempat penyadranan
sebelah timur, " anakmu kamu suruh mengambil pada pohon petai cina di
sana, karena ada pohon beringin yang saya tempel pada salah satu cabangnya dan
terletak di sebelah timur lokasi Situs Beteng. Jangan lupa kalau malam hari
harus kamu jaga agar tidak dicabut orang "
Selanjutnya Mat Salam melaporkan
pada Kepala Desa Semboro dan ditindaklanjuti dengan menugaskan seorang
anggota Babinsa bernama Sersan Mursid
sebagai petugas untuk membantu mengamankan dan menjaga pohon beringin dari
tangan orang yang tidak bertanggung jawab.
Dengan ditanamnya kembali pohon beringin tersebut,
sejak tanggal 8 Agustus 1971 peringatan rutin 1 Syuro diadkan kembali hingga
sekarang. Pada tahun itu juga ada rombongan yang datang dari Surabaya ke Situs
Beteng dengan bertujuan untuk meminta pusaka (mengaku dari ABRI/AL - sekarang
TNI AL). Rombongan itu bukan penduduk asli Surabaya tapi ada yang dari
Jogjakarta, Solo, Semarang dan Jakarta. Mereka diberitahu oleh guru pinasis (spiritual)
nya yang ada di Semarang bahwa ada pusaka hebat yang ada di Semboro Beteng,
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
Setelah melaksanakan laku tirakat semalam suntuk, mereka mendapatkan batu
permata (akik) berwarna hijau, lalu dicobalah keampuhannya. Ternyata apabila
orang memegang batu itu ditembak dalam jarak 1 meter tidak tembus (kebal) dan
pistolnya tidak bisa berbunyi. Apabila saat turun hujan tidak basah
disekelilingnya dalam radius 2 meteran.
Tirakatan terus dijalani pada hari kedua tengah malam, salah satu dari
mereka melihat ada barang berada di permukaan tanah yang mengeluarkan sinar
merah kehijau-hijauan. Kemudian sinar itu hilang dan berubah wujud menjadi
pusaka yang berupa pedang kangkam pamor kencana. Yang lainnya juga
melihat cemeti (pecut), bendera merah putih, keris nagasasra, bokor kencana dan
sebuah peti besar.
Karena mereka menginginkan semua yang
dilihatnya dan batu yang didapat dibiarkan begitu saja maka apa yang telah
mereka dapatkan sia-sia belaka karena batu akik itu kemudian raib tanpa bekas.
Setelah sampai 15 hari, pada malam Jum'at Legi tirakatan mereka dihentikan
karena sudah tidak kuat lagi dan keesokan harinya meminta ijin pulang karena
dicari oleh atasannya.
Sejak itu sampai sekarang banyak orang yang datang dari berbagai daerah
tidak hanya dari Jawa Timur, mereka datang dengan tujuan ingin mendapatkan
barang antik yang terpendam di lokasi Situs Beteng. Mereka pada umumnya
menjanjikan imbalan yang tinggi (lebih dari 2 milyar rupiah) apabila berhasil
mendapatkan benda yang diinginkan, akan tetapi tidak satupun di antara mereka
yang berhasil dan oleh juru kunci ditolak karena Situs Beteng dilindungi oleh Undang -Undang Cagar Budaya.
Sejarah tentang keberadaan benteng yang berada di Dusun
Sidomekar Desa Semboro (sekarang Kecamatan Semboro), menurut cerita Eyang
Meru, seorang keturunan sisa pelarian laskar Majapahit pada abad XIV yang
datang ke lokasi sekitar tahun 1961 pukul 20.00 malam. Ia mengatakan bahwa
Situs Beteng ada kaitannya dengan Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto.
Kala itu Raja Kertabhumi (Brawijaya V) mempunyai permaisuri dari negeri Champa yang telah memeluk agama Islam bernama Ratu Dwarawati.
Maksud dari ayah Sang Puteri menghadiahkan anaknya pada RajaMajapahit adalah
untuk menyebarkan agama Islam pada rakyat dan rajanya. Karena Prabu Brawijaya mempunyai banyak selir,
salah satunya ada yang paling disayangi oleh Sang Prabu, yaitu puteri Cina yang
kecantikannya melebihi permaisuri.
Puteri tersebut mempunyai nama asli Dewi Khian dan setelah dewasa diganti
namanya menjadi Aryati Sekar Wangi yang
kala itu hamil 5 bulan. Sedangkan Permaisuri sendiri tidak dapat mempengaruhi Prabu Brawijaya untuk masuk Islam. Apa
yang menjadi kendala sesungguhnya dari Sang Prabu tidak mau Islam ? Seorang
pejabat istana bernama Demang Kliwon
yang sudah memeluk Islam mengetahui dan beranggapan bahwa Sang Prabu tidak mau
masuk agama baru itu karena dipengaruhi oleh Aryati Sekar Wangi yang menganut agama Budha. Sebenarnya Prabu Brawijaya tetap pada pendiriannya
yang kokoh dengan tetap menganut kepercayaan warisan nenek moyangnya yaitu
agama Syiwa-Budha. Bukan karena akibat hasutan dari Puteri Cina. Kejadian itu
diberitahukan pada Puteri Champa bahwa Sang Prabu mempunyai selir yang
kecantikannya melebihi Puteri Champa. Mendengar hal tersebut Puteri Champa
meminta kepada Sang Prabu agar dipulangkan secara baik-baik ke negerinya.
Pada waktu itu Sang Puteri dihadiahkan pada
Sang Prabu secara baik-baik, sehingga Baginda amat terkejut dengan
permintaannya. Nanti bila seandainya Sang Puteri Champa dikembalikan, maka akan
berakibat bencana besar akan melanda Kerajaan Majapahit. Kemungkinan akan
terjadi perang besar yang akan menyebabkan kerajaan menjadi lemah dan akhirnya
hancur lembur,
Untuk menghindari ancaman bencana itu maka Sang
Prabu mengusir selir yang bernama Dewi
K Khian (Aryati Sekar Wangi) ke
Sriwijaya (Palembang) dan dititipkan pada ipar Sang Prabu yang bernama Arya Damar.
Sesampainya
di Palembang Aryati Sekar Wangi
melahirkan anak laki-laki yang bernama Raden
Patah (Panembahan Jimbun). Untuk
menghindari kecurigaan, selir tersebut dikawinkan dengan kerabat Kerajaan
Sriwijaya yang kemudian dikaruniai seorang putera bernama Raden Khusin. Setelah menginjak dewasa dua saudara lelaki tunggal
ibu itu merantau ke Jawa dengan tujuan menuntut ilmu agama Islam. Keduanya menuju ke Pesantren Ampeldenta di Surabaya untuk
berguru kepada Raden Rahmat
(Sunan Ampel). Setelah selesai berguru Raden Khusin berangkat mengabdi ke istana
Majapahit. Sedangkan Raden Patah membuka lahan baru (babat alas) untuk pemukiman di daerah Tegalwangi (Demak).
Sebenarnya tujuan Raden Patah ke tanah Jawa adalah untuk membalas dendam karena
ibunya dibuang, meskipun Ia tahu Prabu
Brawijaya adalah ayah kandungnya sendiri.
Akhirnya
Raden Patah menghimpun kekuatan di
Demak dengan dibantu para wali, Ia akhirnya mengadakan serangan besar-besaran ke
istana Majapahit. Di antara panglima perang tentara Kerajaan Majapahit terdapat
seorang senapati bernama Raden Khusin
yang tidak lain adalah adiknya sendiri. Dalam perang tersebut Raden Patah mendapatkan kemenangan yang
gemilang, sedangkan Sang Prabu berhasil meloloskan diri dengan pasukan yang
tersisa ke sebelah timur Gunung Semeru yaitu Pegunungan Tengger.
Gerakan pelarian Prabu Kertabhumi ke Tengger diketahui oleh Raden Patah, sehingga diadakan pengejaran. Sebelum pasukan Raden Patah dating menyerang, Sang
Prabu dapat meloloskan ke wilayah timur melalui perjalanan jauh dan panjang.
Sisa pasukan Majapahit itu akhirnya sampai di daerah Jember (Semboro) dan
membuat benteng pertahanan yang amat kuat dengan bahan batu bata merah.
Kemudian Sang Raja mendirikan kota kecil yang diberi nama Kutho Kedawung, yang sekarang berada di Desa Paleran Kecamatan
Umbulsari.
Tempat
pergerakan Prabu Brawijaya V lama
kelamaan diketahui oleh telik sandi pasukan Raden Patah. Kemudian pasukan Majapahit yang tinggal sedikit diserang
secara membabi buta sehingga Sang Raja menyerah kalah dan memeluk agama Islam.
Prabu
Brawijaya mengetahui bahwa yang menyerang dirinya adalah Raden Patah anak kandungnya sendiri.
Sehingga kemudian Ia memberi titah (perintah) agar para panglima dan pengawalnya
mengemas dan membereskan peralatan perang untuk disimpan. Semua perintahnya
dipatuhi oleh panglima dan pasukannya, kecuali dua orang abdi kesayangannya
yang bernama Sabda Palon dan Naya Genggong.
Dua
orang abdi yang terkenal punya kelebihan dan sakti mandraguna itu tidak mau
tunduk pada musuhnya dan tidak mau masuk Islam. Ia lalu berkata “ Saya dan adik saya lebih baik berpisah
dengan Sang Prabu Brawijaya V daripada memeluk agama Islam, karena saya adalah
Danhyang (Penunggu) Tanah Jawa, biarlah adik aya Naya Genggong ke Bali dan Saya
(Sabdo Palon) ke Madura “
Berdasarkan
kisah sejarah tersebut, di sekitar lokasi Situs Beteng banyak ditemukan
beberapa peralatan (artefak) benda-benda kuno dan pusaka di antaranya :
- Pada tahun 1956 Bapak Sukadi menemukan tombak pusaka di lokasi Situs Beteng dalam keadaan berdiri tegak membentuk sudut 45 derajat
- Pada tahun 1958 Bapak Mat Salam mendapatkan keris pusaka luk sembilan di atas dapur yang masih menyala setelah peringatan 1 Syuro
- Pada tanggal 26 Mei 1961 ditemukan batu lumpang di areal sawah Bumisara dengan ukuran besar, jarak dari lokasi Situs Beteng sekitar 500 meter yaitu di sebelah selatan Puskesmas Sidomekar Semboro
- Pada tanggal 5 Juli 1991 ditemukan batu lumpang ukuran besar, jarak dari lokasi Situs Beteng sekitar 100 meter
- Tanggal 2 Agustus 1991 ditemukan lagi 2 buah batu pipisan dan 1 buah batu gunjik di pekarangan rumah Bapak Sarino, jarak dengan lokasi Situs Beteng sekitar 300 meter
- Tanggal 23 Desember 1994 didapatkan lagi sebuah batu pipisan dan batu gunjik di gumuk tegalan Bapak Saminto, jarak dengan lokasi Situs Beteng 80 meter
- Pada tahun 1995 ditemukan sebuah batu akik (batu mulia) berwarna merah di lokasi Situs Beteng.
Selain itu banyak juga ditemukan pecahan-pecahan
keramik, kendi terakota khas Majapahit dan mata uang logam Cina di dalam areal
Situs Beteng dan lokasi sekitarnya.
Akhirnya
keberadaan lokasi Situs Beteng diketahui oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Depdikbud) pada tahun 1988 dan dilindungi keberadaannya dengan
mengeluarkan peraturan yang isinya :
“ Barang
siapa yang mengambil, memindahkan, merusak, mengotori peninggalan sejarah setelah ada perbaikan-perbaikan
ini akan menerima hukuman pidana (Monumen Ordonansi STB. 238 Th.1931. Instruksi
Mendagri Tanggal 5 Pebruari 1960
Nomor 65/1/7/1960. Pangkopkamtib Tanggal 8 Januari 1973 Instruksi Nomor 002/Kopkam/I/1973 “
Kemudian pada tahun 1992 dikeluarkan peraturan baru yang isinya adalah :
“ Berdasarkan
UUD RI Nomor 5 Tahun 1992 Pasal 15 dan PP Nomor 10 Tahun 1993, maka setiap orang dilarang merusak
benda cagar budaya situs dan lingkungannya “.
Selain itu perlindungan terhadap benda-benda
cagar budaya yang kian terancam kelestariannya maka pemerintah juga
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya.
Betng tempat tinggalku,narasumbernyanarasumbernya tetangga saya : )
BalasHapusBaru tahu skrang
BalasHapusGara-gara kejadian pasca G30S/PKI itu saya tdak bisa melihat situs beteng yg lengkap.. :(
Trimakasih infonya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBetng tempat tinggalku,narasumbernyanarasumbernya tetangga saya : )
BalasHapus
BalasHapusJual bongkahan batu bacan asli dari ternate,barang udah tembus cahaya dan keras dan padat semua tidak rapuh,mudah di bentuk kalau di buat permata,dan udah daging semua tidak ada kapur, dan semua barang kami udah keristal semua dan tidak perlu di rawat lagi.Bongkahan batu bacan saya hasil tambang sendiri,kami menjual bacan doko super kristal dan palamea.Bongkahan batu bacan saya hasil dari tambang sendiri jangan heran kalau harganya murah mass
Daftar harga sebagai berikut;
BACAN DOKO DARI TERNATE (Maluku Utara)
-Berat 1 Ons Rp 500 Ribu
-Berat 5 Ons Rp 1 Juta 250 Ribu
-Berat 1 Kg Rp 2 Juta 500 Ribu
-Berat 2 Kg Rp 4 Juta 200 Ribu
-Harga masih bisa nego dikit mass,setiap pembelian perkilo dapat bonus 1permata batu bacan.
BACAN PALAMEA DARI HALMAHERA (Maluku Utara)
-Berat 1 Ons Rp 500 Ribu
-Berat 5 Ons Rp 1 Juta 200 Ribu
-Berat 1 Kg Rp 2 Juta 200 Ribu
-Berat 2 Kg Rp 4 Juta
-Harga masih bisa nego dikit mass,setiap pembelian perkilo dapat bonus 1permata batu bacan.
Melayani Pembelian Per Kilo Dan Per Ons Untuk Bongkahan
Kita Juga Melayani Pembelian Luar Daerah Dan Luar Kota
Bagi Pecinta Bacan Yang Minat Silahkan Langsung Hubungi
Kartu XL;087842902216
Kartu AS;082330690216
Kartu IM3;085824196216
PIN BB: 53DD0682
#.stock terbatas
Siapa cepat dia dapat
Bagi yg merasa sudah minat dan ingin transaksi pembelian dengan kami,
Adapun cara yg kami sediakan:COD bisa silahkan datang ke alamat saya di daerah Halmahera selatan
Alamat:Jl.Rawabadak rt 004 rw 007,desa amasing kota utara kec.Bacan,halmahera selatan maluku utara,dan bagi peminat batu bacan di luar kota bisa kami kirim melalui jasa pengiriman seperti:JNE/TIKI/KANTOR POS,jika barang sudah kami kirim,kami berikan no.resi pengiriman barang yang anda pesan
Seandainya candi beteng tidak di hancurkan,hm pasti bangga saya jadi anak sidomekar.
BalasHapuskira-kira, masih ada gak ya artefak yang masih terkubur di dalam situs beteng???
BalasHapus