Kode Iklan

Rabu, 16 Maret 2016

MITOS DAMARWULAN DI JEMBER YANG DIBUNGKUS FAKTA SEJARAH ?

Oleh : Yebqi Farhan

    Mungkin kita agak kaget jika mendengar tentang fenomena Damarwulan dalam perspektif sejarah lokal, yang di antaranya muncul dari cerita tutur masyarakat Dusun Paluombo (Polo Ombo), Sumbersalak, Ledokombo, termasuk beberapa tempat di Jember. Tetapi memang begitulah fakta keberadaan folklor tersebut.
Dari hasil penelitian tentang cerita tutur yang ada di Paluombo tersebut, diceritakan bahwa pada zaman dahulu terdapat keluarga dari Majapahit yang berkelana dan menetap di sebuah daerah yang sekarang bernama Dusun Paluombo. Keturunan dinasti Majapahit itu bernama Raden Palu Hamba (ditambah 'Raden' sebagai gelar yang banyak digunakan dalam cerita mitos).

     Sebagaimana yang kita ketahui tentang kisah Damarwulan dan Minak Jingga yang dianggap mitos, muncul dalam setting sejarah Majapahit dalam "Serat Kanda" dan "Serat Damarwulan". Sehingga banyak yang percaya bahwa kisah ini benar-benar terjadi.
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M di daerah bekas hutan Tarik (sekarang menjadi wilayah Trowulan, Mojokerto). Hutan Tarik merupakan hadiah dari raja Kadiri, Jayakatwang. Karena Raden Wijaya disuruh mengabdi kepada raja Jayakatwang oleh sahabatnya yaitu Arya Wiraraja. Walaupun pengabdian ini hanya merupakan siasat yang harus dilakukan atas anjuran Adipati Sumenep tersebut. Arya Wiraraja merupakan bekas seorang pejabat berpangkat Demung Nayapati yang dipecat oleh Kertanegara dari Singhasari.

      Konon, Raden Palu Hamba memiliki seorang puteri cantik yang kemudian diambil isteri seorang patih Majapahit yang bernama Patih Udara (apa terkait dengan Pate Mahodra versi Suma Oriental ?). Karena banyak tugas yang harus diselesaikan di Majapahit dan adanya kemelut politik di sana, Patih Udara menitipkan isterinya yang sedang hamil kepada mertuanya tersebut. Tidak lama setelah singgah di kediaman mertuanya yaitu Raden Palu Hamba, ternyata isterinya tersebut kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Raden Damarwulan. Damarwulan menurut penuturan dari juru kunci petilasan Paluombo, dibesarkan di kediaman Palu Hamba sampai dewasa dan diajari berbagai ilmu kanuragan oleh kakeknya tersebut. Jadi Damarwulan juga menjadi murid dari Palu Hamba. Seiring dengan berjalannya waktu, Damarwulan tumbuh menjadi pemuda tampan dan gagah serta berilmu tinggi yang disegani. 

     Pada suatu saat di Majapahit terjadi krisis kepemimpinan karena adanya  perebutan kekuasaan, akhirnya Damarwulan ditugaskan ke Majapahit. Di ibu kota, Damarwulan tidak langsung ditempatkan di istana melainkan dititipkan di rumah saudara Patih Udara. Penitipan Damarwulan ini bertujuan untuk menyelamatkan Damarwulan dari gangguan saudara-saudaranya yang juga ingin menjadi penguasa atau pemangku jabatan penting di Majapahit. Karena memiliki banyak  kelebihan, akhirnya Damarwulan diangkat menjadi panglima perang.
Kalau kita hubungkan dengan cerita rakyat yang populer dari Serat Damarwulan, maka cerita tutur ini juga mirip dengan legenda Damarwulan-Minak Jingga tersebut. Sebagaimana kita ketahui, Minak Jingga memiliki ambisi dan keinginan untuk meluaskan kerajaan Blambangan dan ingin menjadi penguasa Tanah Jawa. Ia menyiapkan sebuah rencana pemberontakan kepada Majapahit untuk menjadi maharaja di sana. Ketika Minak Jingga angkat senjata, Damarwulan tampil ke depan memimpin tentara Majapahit. Berbekal kesaktian serta ketulusan pengabdiannya kepada Ratu Ayu Kencanawungu, maka Damarwulan berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh raja  Blambangan tersebut. Akhir dari cerita ini Damarwulan menjadi raja di Majapahit sekaligus menjadikan sang Ratu Kencanawungu dan Dewi Anjasmara sebagai permaisurinya. 
Korelasi fakta sejarah dengan cerita atau mitos Damarwulan di atas sebagaimana paparan di bawah ini.
Beberapa catatan dalam buku sejarah seperti dalam karya Thomas Stamford Raffles (The History of Java) memang menyebutkan tentang keberadaan Damarwulan. Akan tetapi para sejarawan menolak dan  tidak sedikit orang yang menyebutkan bahwa Damarwulan hanyalah merupakan sebuah cerita rakyat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Karena berdasarkan dari cerita Serat Kandha dan Serat Damarwulan yang merupakan distorsi pada Perang Paregreg di Majapahit tahun 1401-1403 M. Sosok Minak Jingga disamakan dengan Bhre Wirabhumi raja Blambangan yang dipenggal lehernya oleh Raden Gajah.
Mitos ini konon dibuat untuk membunuh karakter atau mendiskreditkan rakyat Blambangan yang memberontak melawan VOC dalam Puputan Bayu. Cerita dalam serat tersebut dibuat oleh pujangga Kertasura (Mataram) yang merupakan antek Belanda pada abad XVIII. Awalnya cerita Damarwulan biasanya dipertunjukkan dalam pentas  Langendriyan di istana, kemudian dipopulerkan dalam ketoprak dan ludruk, sehingga menjadi mindset masyarakat yang tidak luntur hingga kini.
Penelitian tentang cerita tutur Damarwulan di Paluombo ini, menurut penulis merupakan fakta adanya mitos tersebut.Nah, apakah bisa dibuktikan secara komparatif dengan fakta sejarah yang ada. Misalnya dengan adanya sumber-sumber sebagi berikut : 

1. Dalam Babad Blambangan yang merupakan karya KRT. Natadiningrat menyebutkan dalam pupuh 80, bahwa Damarwulan memang benar-benar dititipkan kepada Palu Hamba sampai Damarwulan dewasa. Babad Blambangan tidak hanya membahas sampai di situ. Tetapi setelah Damarwulan berhasil menumpas peberontakan Minak Jingga, ia juga sekaligus memperisteri Ratu Kencanawungu dan Dewi Anjasmara.
2. Buku The History of Java yang ditulis oleh Thomas Stamford Raffles juga mencatatnya. Disebutkan bahwa Damarwulan sempat menjadi raja di Majapahit dan beristeri Ratu Kencanawungu yang bergelar Ratu Kenya.
3. Syair lagu Babad Damarwulan yang dinyanyikan oleh penyanyi Gombloh di tahun 1978 menyebutkan bahwa Damarwulan merupakan putera kesayangan dari Patih Udara. Sedangkan di Majapahit sendiri juga mencatat bahwa salah satu patih di kerajaan Majapahit bernama Patih Udara (dalam buku Tome Pires). Syair itu juga mencatat bahwa Damarwulan merupakan murid dari Palu Hamba yang sakti mandraguna.
4. Sepeninggal Palu Hamba di Dusun Paluombo, dibangunlah sebuah "petilasan" di bawah pohon besar yang ada sampai sekarang di sana.
Cerita legendaris Damarwulan dan Minak Jingga sangat terkenal di Indonesia. Terutama di Jawa Timur bagian timur. Nah, dari cerita itulah nama Palu Hamba sangat populer di Paluombo. Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo Kabupaten  Jember. Hingga kemudian  sepeninggal Palu Hamba tempat tersebut dinamakan Dusun Palu Amba, oleh karena logat yang menghuni wilayah itu mayoritas dari etnis Madura. Sekarang masyarakat sekitar menyebutkannya dengan Paluombo atau Polo Ombo
Kalau kita ingin menikmati pesona alam di Ledokombo, ada sekitar lima buah air terjun yang tiga di antaranya diberi nama mengambil dari kisah Damarwulan yang dipercaya di sana. Nama air terjun itu ialah Damarwulan I, Damarwulan II dan Anjasmara.

   Legenda Damarwulan begitu kuat dalam memori kolektif masyarakat  Jember, sehingga banyak yang menyebut sebagai suatu fakta sejarah. Beberapa penemuan lain di samping di Paluombo yang juga  dianggap 'bukti arkeologis' adalah adanya petilasan atau kuburan tokoh epik dari kisah Damarwulan yaitu Patih Logender. Disebutkan bahwa kuburan patih Majapahit yang merupakan ayah dari Layang Seta, Layang Kumitir dan Anjasmara terdapat di Dusun Loh Gender (Gender), Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember. Kuburan ini dikeramatkan oleh penduduk di sana karena diyakini sebagai kuburan patih yang legendaris tersebut. 

     Lain yang ada di Paluombo dan Loh Gender, cerita tentang tokoh mitos populer ini juga muncul di Dusun Kumitir, Desa Kamal, Kecamatan Arjasa, yang berdekatan dengan Situs Doplang (situs purbakala). Di sana konon merupakan tempat meninggalnya Layang Kumitir saudara Layang Seta yang pernah bertarung dengan Damarwulan. Selain itu masih di Jember, beberapa tempat disebutkan sebagai pemandian dari Damarwulan seperti di Mumbulsari, petilasan Patih Logender di Kalisat dan tempat lainnya.
Keberadaan cerita mitos Damarwulan ini juga dibahas dalam buku historiografi Jember  Topographia Sacra, Menelusuri Jejak Sejarah Jember Kuno yang ditulis oleh Zainollah Ahmad.

Berikut gambar petilasan Damarwulan, di Dusun Polo Ombo, Desa Sumber  Salak, Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember (gbr. atas).



Komplek makam yang terdapat kuburan Patih Logender di Dusun (Loh) Gender, Klungkung, Kecamatan Sukorambi (gbr. bawah).
 

1 komentar: