Kode Iklan

Minggu, 27 Januari 2013

Selayang Pandang Sang "SAPTAPRABHU"



     BHATTARA SAPTAPRABHU, nama ini muncul pada sekitar abad XIV Masehi dalam tlatah kerajaan besar nusantara, Majapahit. Istilah tersebut mulai dikenal dan digunakan oleh keluarga raja dibantu para  cendekiawan kerajaan dari agama Hindu Syiwa - Budha sebagai forum dewan yang mempunyai hak "prerogatif" dalam menentukan wisdom dan policy kerajaan. Nama ini disebut-sebut identik dengan Pahom Narendra yang terdiri atas beberapa kerabat istana yang berdiam tersebar di wilayah Jawa bagian tengah dan bagian timur. Salah satu keputusan kontroversialnya adalah ketika menjatuhkan vonis pada Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada yang dianggap bersalah dalam gonjang-ganjing peristiwa Sanga Turangga Paksowani (1357)
          Logo Komunitas BHATTARA SAPTAPRABHU


atau dikenal dengan nama "Pasunda Bubat" (Perang Bubat). Dewan ini kemungkinan juga yang memberi keputusan dalam mengeksekusi Raden Gajah atau Bhre Narapati yang memotong leher Bhre Wirabhumi ketika kalah dalam ontran-ontran Perang Paregrek melawan Wikramawardhana.
      Kini nama itu kembali muncul di ranah ujung timur Pulau Jawa, tepatnya masuk wilayah tlatah Blambangan kala Wirabhumi menabuh bende perang melawan Kedhaton Kulon (Majapahit Barat). 
Nama Bhattara Saptaprabhu kami "pinjam" agar tidak hilang dari ingatan pecinta sejarah, khususnya sejarah Majapahit. Sebagai komunitas yang baru lahir di Kota Jember nama Bhattara Saptaprabhu terasa pas dan cocok buat kami.
     Terlepas nama itu berlumur noda sejarah atau tidak, bagi kami tidaklah penting karena nama hanya penguat identitas kesejarahan dan untuk mempertegas keberadaan serta eksistensi komunitas kami sebagai insan-insan pecinta sejarah.

Kami selaku komunitas "penggila" sejarah pada awalnya sangat kesulitan untuk memberi nama pada forum yang kami bentuk pada tanggal 20 Mei 2012 dan di-launching pada tanggal 20 Januari 2013. Banyak nama-nama yang menjadi bahan referensi dari teman-teman, termasuk agar mencomot dari istilah-istilah yang ada dalam buku-buku roman sejarah karya Langit Kresna Hariadi. Namun pada akhirnya kami bersepakat menggunakan dan "meminjam" nama Bhattara Saptarabhu, yang tentunya cukup keren dan  relevan dengan komunitas. Paling tidak nama itu kami gunakan sebagai kerangka atau frame berfikir forum dalam mengupas dan mendalami sejarah. Tentunya di samping untuk melestarikan sejarah lewat idiom-idiom unik yang ada di dalamnya.
     Komunitas ini terlahir di sebuah kota yang dianggap marginal dalam hal kesejarahan, yaitu kota Jember. Di mana belum ada naskah-naskah kuno, prasasti, keropak atau rontal yang menyebut nama "Jember" sebagaimana halnya Malangkuceswara (Malang), Lamajang (Lumajang), Yuwangga (Probolinggo), Songenep (Sumenep) dan lainnya. Namun kami yang hanya dibekali ilmu yang sak lugut kolang-kaling, ingin mencari sisik melik keberadaan sejarah kota kami. Utamanya dalam menghadapi tantangan berupa ke-apatis-an dan kejenuhan kaum muda terhadap sejarah bangsanya. Para kawula muda menganggap pelajaran sejarah sangat membosankan dan bahkan mungkin ingin meng-alienasi keberadaannya dari alam pikiran mereka.
     Di Jember ternyata cukup banyak menyimpan kekayaan sejarah, khususnya sejarah purbakala berupa peninggalan masa megalitik (megalithicum) dan sejarah masa Majapahit. Menurut catatan Dinas Purbakala Jawa Timur di Jember terdapat sekitar 400 situs mulai dari daerah Kecamatan Silo sampai Kecamatan Tanggul. Situs-situs tersebut keadaannya kurang terawat baik dan bahkan banyak yang hilang dan jatuh ke tangan para kolektor. Tidak mustahil bila kurangnya perhatian pihak pemerintah menyebabkan benda-benda tersebut berpotensi hilang dari "peredaran". Untuk itu seyogyanya di Jember harus dibangun moseum atau didatangkan para ahli purbakala (arkeolog) guna meneliti dan menyelamatkan keberadaan benda-benda langka tersebut.
     Menyikapi keadaan ini komunitas kami merasa terpanggil untuk mendedikasikan tenaga dan kemampuannya yang masih awam guna mendata, meneliti, menggali, menyelamatkan, mendiskusikan serta menelaah peninggalan sejarah khususnya yang ada di Jember. Tentu tugas yang cukup berat berada di pundak kami. Mustahil tanpa ada dukungan moril, materiil dan fikiran dari pihak lain yang menyokong perjuangan kami. 
     Semoga komunitas ini ke depan tetap eksis, kompak dalam memperjuangkan nilai-nilai kesejarahan menghadapi tantangan jaman yang makin jauh dari pusaran sejarah masa lalu.

3 komentar:

  1. Mudah-mudahan adanya kepedulian pada sejarah lokal khususnya Jember,yang dirintis oleh komunitas ini akan semakin meningkatkan jiwa patriotisme & nasionalisme kita semua. kang_inongs@yahoo.com

    BalasHapus
  2. Selamat atas launching-nya kemarin. Anggota kita makin eksis dengan dibukanya blog kita ini sebagi modal awal "kemerdekaan". Minimal kita selangkah lebih maju dengan masuk ke dunia maya. Saya ucapkan "bravo" pada Bhattara Saptaprabhu...merdeka !! - Mbah Tedjo alias Bambang Sutedjo- Pecoro Rambipuji

    BalasHapus
  3. SAYA sangat mendukung, karena dengan realitas kita mengadakan ekspedisi bisa mengungkap situs-situs tersembunyi. Dari situs "hidden" tadi kita bisa mengikis foklore yang keliru di tengah masyarakat kita. Teguh "Bagaskara Manjer Kawuryan" Irawan- Jember

    BalasHapus